Masa inkubasi dari infeksi herpes simplex virus primer umumnya berkisar antara 5-7 hari, namun dapat pula terjadi antara 2-12 hari.
Pasien dengan oral herpes primer memiliki riwayat
generalized prodormal symptom yang mendahului terbentuknya lesi lokal 1-2 hari sebelumnya. Hal inilah yang membedakan infeksi ini dengan allergic stomatitis dan erythema multiform, dimana lesi lokal dan sistemik muncul bersamaan. Generalized symptom ini meliputi demam, sakit kepala, malaise, nausea, dan muntah-muntah.
Lesi lokal muncul berupa
vesikel kecil yang berdinding tipis dengan
inflammatory base (pinggiran ulser berwarna merah akibat inflamasi) yang dapat muncul pada seluruh bagian dari mukosa oral. Dinding vesikel ini mudah sekali pecah dan membentuk
lesi ulser kecil bulat dan dangkal. Dengan bertambah parahnya penyakit, lesi ulser ini akan bergabung satu sama lain membentuk
ulser yang lebih besar dengan bentuk yang tidak teratur.Tidak adanya riwayat herpes labialis rekuren dan adanya riwayat kontak dengan penderita lain juga dapat membantu kita dalam membuat diagnosis penyakit ini.
Gambaran yang paling penting dari penyakit ini adalah adanya gambaran
gingivitis kronis akut generalisata, dimana seluruh gusi dalam keadaan oedem dan inflamasi. Beberapa ulser kecil pada gusi juga dapat muncul. Pada pemeriksaan juga ditemukan inflamasi pada
faring posterior, serta adanya
pembengkakan dan
rasa sakit pada nodus limfatikus submandibular dan serfikal. Pada beberapa kasus, HSV primer dapat pula menimbulkan lesi pada bibir dan wajah tanpa menimbulkan lesi intra oral.
Pada anak-anak, HSV primer merupakan penyakit yang bersifat
self limiting. Demam biasanya akan hilang dalam 3-4 hari, sedangkan lesi akan mulai menyembuh dalam 7 sampai 10 hari, walaupun virus akan tetap berada dalam saliva sampai selama 1 bulan setelah onset penyakit.
PERAWATANPerawatan pada kasus ringan, cukup dengan
perawatan suportif. Perawatan suportif rutin termasuk diantaranya penggunaan
aspirin atau
parasetamol untuk mengatasi demam dan
asupan cairan untuk menjaga hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
Apabila pasien kesulitan makan atau minum, dapat diaplikasikan
topikal anestesi pada lesi sebelum makan. Topikal anestesi yang dapat digunakan adalah
dyclonine hydrochloride 0.5% atau dengan menggunakan larutan
diphenhydramine hydrochloride 5 mg/mL yang dicampur dengan
milk of magnesia dalam jumlah yang sama.
Untuk kasus berat diperlukan tambahan penggunaan obat. Manajemen infeksi herpes simplex mengalami perkembangan yang signifikan sejak ditemukannya
acyclovir. Acyclovir tidak memiliki efek terhadap sel normal namun dapat menghambat replikasi DNA pada sel yang terinfeksi virus.
Selain acyclovir sekarang juga sudah ada obat antiherpes yang baru,
valacyclovir dan
famciclovir. Kelebihan obat baru ini adalah bioavailabilitas yang meningkat sehingga hanya diperlukan dosis yang lebih kecil untuk mendapatkan perawatan yang efektif.
Penggunaan antibiotik biasanya tidak diperlukan dalam perawatan infeksi herpes primer, dan penggunaan kortikosteroid merupakan kontraindikasi. Untuk pencegahan infeksi di kemudian hari, nantinya dapat dilakukan vaksinasi menggunakan vaksin HSV yang telah dilemahkan secara genetik.
Source:Greenberg, M.S.; and M. Glick. 2003. Burket's Oral Medicine: Diagnosis & Treatment. 10th edition. Perhatian:
Dibebaskan menyalin sebagian ataupun keseluruhan isi blog ini demi kepentingan pendidikan kesehatan bagi masyarakat umum dengan ketentuan mencantumkan alamat link blog ini sebagai sumbernya.Apabila Anda ingin berlangganan berita terbaru dari Gigi Sehat Badan Sehat, daftarkanlah alamat email Anda dengan meng-klik kata berlangganan:
Berlangganan.
Berita terbaru dari Gigi Sehat Badan Sehat akan langsung dikirimkan ke email Anda.
Kembali ke halaman utama