Sekitar pukul 11.41 wib mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang baru saja mundur dari jabatannya, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH., DR.PH., menghembuskan napas terakhirnya di usia 57 tahun setelah menjalani perawatan selama 3 minggu di RSCM akibat kanker paru yang dideritanya. Endang meninggalkan seorang suami dan tiga orang anak.
Kabar duka ini disampaikan oleh Direktur Utama RSCM, Akmal Taher, kepada para wartawan siang tadi di depan gedung Pavilion Kencana tempat Endang dirawat. Endang didiagnosis mengidap kanker paru sejak Oktober 2010, tepatnya setahun setelah diangkat menjadi Menteri Kesehatan periode 2009-2014.
Endang telah menjalani perawatan baik di dalam maupun di luar negeri yaitu di kota Guangzhou, China, sambil tetap menjalankan tugasnya sebagai Menteri Kesehatan sampai pada tanggal 17 April lalu Endang dikabarkan mengambil cuti dari pekerjaannya untuk menjalani perawatan medis di RSCM. Sejak saat itu kondisi kesehatan Endang fluktuatif. Endang menyadari kalau dirinya perlu berkonsentrasi terhadap kesehatan dirinya. Oleh karena itu, Endang mengajukan kembali permohonan pengunduran dirinya dari jabatan Menteri Kesehatan ketika Presiden menjenguknya di rumah sakit tanggal 26 April lalu, dan permohonannya ini dikabulkan oleh Presiden.
Sejak Selasa pagi kemarin kondisi kesehatan Endang mengalami penurunan. Endang pun diberikan perawatan standar ICU, namun kondisinya tidak mengalami perbaikan hingga akhirnya beliau menghembuskan napas terakhirnya siang tadi dengan didampingi suami dan keluarganya. Walaupun disayangkan anak keduanya tidak dapat hadir karena masih dalam perjalanan pulang dari Jenewa.
Endang Rahayu memulai kariernya di Departemen Kesehatan pada tahun 1990. Selanjutnya berbagai jabatan telah dipangkunya. Diantaranya Pejabat Fungsional dengan pangkat Peneliti Madya, Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Peneliti Madya dan Peneliti Utama pada Puslitbang Biro Medis dan Farmasi, sampai terakhir adalah Menteri Kesehatan pada kabinet Indonesia Bersatu Jilid II (2009-2014) menggantikan Dr. dr. Siti Fadilah Supari,
Sp. JP (K).
Jabatannya yang terakhir ini cukup mengundang kontroversi. Sebelumnya Endang pernah menjadi staf Namru 2, yaitu unit kesehatan laut Amerika Serikat yang berada di Indonesia. Namun keterlibatannya di Namru 2 menimbulkan masalah bagi dirinya. Endang sempat dituding menjual virus flu burung ke luar negeri tanpa izin Siti Fadilah yang merupakan Menteri Kesehatan saat itu, sehingga Endang pun dimutasi sebagai staf biasa. Penunjukan Endang sebagai Menteri Kesehatan mengangkat kembali masalah kontroversi Namru 2. DPR pun sempat meminta penjelasan Endang mengenai keterlibatan dirinya di proyek Namru 2.
Endang menyangkal semua tudingan tersebut. Dia menyangkal pernah menjual virus ke luar negeri. Hingga sebelum sidang kabinet pertamanya sebagai menteri pada tanggal 23 Oktober 2009, Endang menegaskan kalau dia sudah tutup buku soal Namru 2. Walaupun begitu, kerja sama dengan AS terus berlanjut diantaranya seperti pengadaan laboratorium biomedis untuk pengembangan vaksin, alat diagnostik, identifikasi virus, bakteri, dan lain sebagainya. Namun Endang juga menyatakan janjinya kalau dia akan tetap menjadi menteri yang pro rakyat.
Kontroversi kembali menimpa Endang ketika dirinya didiagnosis mengidap kanker paru. Pertanyaan pun muncul, bagaimana Endang dapat lulus tes kesehatan sebelum diangkat sebagai menteri. Kepada media Endang menjelaskan kalau penyakitnya ini tidak terdeteksi saat cek kesehatan calon anggota Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Penyakitnya ini baru terdeteksi satu tahun paska tes kesehatan tersebut, yaitu ketika Endang melakukan pemeriksaan medis. Saat itu Endang optimis bahwa kanker bukanlah suatu vonis mati, dia sama seperti penyakit lainnya tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Namun sayang setelah menjalani berbagai terapi, pada hari ini Endang mengakhiri perjuangan beratnya melawan kanker. Selamat jalan Bu Endang.
Sumber: Viva News, Republika, Tribun