• Home

Jurnal Kesehatan Lingkungan

Pusat Jurnal Kesehatan Lingkungan

  • Home
Home » kesehatan umum » kesehatan umum makanan » pola hidup sehat » Suplemen Protein, Amankah Bagi Tubuh?

Suplemen Protein, Amankah Bagi Tubuh?

protein supplement
Pria muda zaman sekarang saat ini lebih peduli dengan penampilan dan bentuk tubuhnya dibandingkan generasi sebelumnya. Media massa yang cukup sering menampilkan image tubuh pria yang atletis juga turut andil dalam hal ini. Namun, tidak semua cara yang dilakukan untuk mencapai tubuh atletis dilakukan dengan langkah yang tepat. Salah satunya adalah tentang penggunaan suplemen protein.

Di Amerika Serikat baru-baru ini dilakukan penelitian terhadap para remaja pria pada tingkat SMP dan SMA yang hasilnya diterbitkan di jurnal Pediatrics. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa 40% dari para remaja ini melakukan olahraga rutin untuk menambah massa ototnya, 38% dari mereka menggunakan suplemen protein, bahkan hampir 6% dari mereka mengaku menggunakan steroid untuk mencapai tujuannya ini. Yang terakhir tentu saja jelas merupakan cara yang berbahaya. Namun, bagaimana dengan penggunaan suplemen protein?

Kepada mereka, Joel Brenner, ketua konsil dari American Academy of Pediatrics bagian sports medicine and fitness, lebih merekomendasikan untuk berkonsultasi dengan ahli nutrisi dan diet yang sudah biasa menangani atlet muda. Dan bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun, tidak direkomendasikan untuk menggunakan suplemen protein sebagai sumber asupan nutrisi.

Stuart Phillips, co-founder dari exercise metabolism research group di McMaster University di Hamilton, mengatakan bahwa mengonsumsi suplemen protein yang kurang tepat dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang.

Kebanyakan suplemen protein memang bisa dibilang aman, kata Phillips. Namun, beberapa diantaranya ada pula yang mengandung substansi terlarang. Substansi tersebut diantaranya steroid dan logam berat.

Pada tahun 2010, investigasi yang dilakukan oleh lembaga Consumer Report menemukan pada semua minuman protein yang ditelitinya ternyata mengandung paling tidak satu atau lebih kandungan kontaminan seperti arsenic, cadmium, lead (timah) dan mercury.
Dalam jangka panjang, kandungan logam berat ini akan terus terakumulasi di dalam tubuh. Hal ini nantinya dapat menimbulkan masalah kesehatan kronis.

Tidak hanya kandungan logam berat saja yang berbahaya, asupan protein yang berlebih juga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Diantaranya seperti diare, terekskresinya kalsium dari tulang yang dapat berakibat pada osteoporosis, dan memperberat kondisi ginjal yang sudah mengalami gangguan akibat penyakit tertentu seperti diabetes.

Phillip menambahkan bahwa protein alami yang baik dan berkualitas yang berasal dari makanan sudah cukup untuk menjadi sumber nutrisi bagi orang kebanyakan yang ingin menambah massa ototnya.

Atlet sendiri hanya membutuhkan 1,5 gram protein per kilogram berat badan untuk kebutuhan protein dalam satu harinya. Dan jumlah ini merupakan ukuran yang mudah dicapai melalui asupan nutrisi yang cukup dari makanan sehari-harinya.


The Globe and Mail: How skafe are protein supplements?
Picture: rippedout.com


Perhatian: Dibebaskan menyalin sebagian ataupun keseluruhan isi blog ini demi kepentingan pendidikan kesehatan bagi masyarakat umum dengan ketentuan mencantumkan alamat link blog ini sebagai sumbernya.
Apabila Anda ingin berlangganan berita terbaru dari Gigi Sehat Badan Sehat, daftarkanlah alamat email Anda dengan meng-klik kata berlangganan: Berlangganan. Berita terbaru dari Gigi Sehat Badan Sehat akan langsung dikirimkan ke email Anda.
Kembali ke halaman utama
Posted by Unknown on Sunday, December 2, 2012 - Rating: 4.5
Title : Suplemen Protein, Amankah Bagi Tubuh?
Description : P ria muda zaman sekarang saat ini lebih peduli dengan penampilan dan bentuk tubuhnya dibandingkan generasi sebelumnya. Media massa yang cu...

Share to

Facebook Google+ Twitter
Newer Post
Older Post
Home
Tahan Lama

Sehat Alami

Artikel Menarik Lainnya

Copyright © 2012 Jurnal Kesehatan Lingkungan - All Rights Reserved
Design by Jurnal Kesehatan Lingkungan - Powered by Blogger